Para hamba Allah, ketahuilah bahwasanya
amalan-amalan hamba adalah untuk kebaikan mereka atau menjadi bumerang
bagi mereka. Ketaaan mereka sama sekali tidak memberikan kemanfaatan
bagi Allah, dan kemaksiatan mereka sama sekali tidak memberi
kemudhorotan bagi Allah. Allah berfirman
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا ثُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ (١٥)
Barangsiapa
yang mengerjakan amal saleh, Maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan
Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, Maka itu akan menimpa dirinya
sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan. (QS Al-Jaatsiyah : 15)
Allah berfirman :
مَنْ
عَمِلَ سَيِّئَةً فَلا يُجْزَى إِلا مِثْلَهَا وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا
مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ
الْجَنَّةَ يُرْزَقُونَ فِيهَا بِغَيْرِ حِسَابٍ (٤٠)
Barangsiapa
mengerjakan perbuatan jahat, Maka Dia tidak akan dibalasi melainkan
sebanding dengan kejahatan itu. dan Barangsiapa mengerjakan amal yang
saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam Keadaan beriman,
Maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tanpa
hisab. (QS Ghoofir : 40)
Allah berfirman dalam hadits qudsi :
يَا
عِبَادِى، إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضَرِّى فَتَضُرُّونِى، وَلَنْ
تَبْلُغُوا نَفْعِى فَتَنْفَعُونِى... يَا عِبَادِى، إِنَّمَا هِىَ
أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا لَكُمْ، ثُمَّ أُوَفِّيكُمْ إِيَّاهَا، فَمَنْ
وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدْ اللَّهَ، وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلَا
يَلُومَنَّ إِلَّا نَفْسَهُ
"Wahai hamba-hambaKu,
kalian tidak akan bisa memberikan kemudhorotan kepadaKu dan tidak juga
kemanfaatkan… Wahai hamba-hambaKu, perkaranya hanyalah amalan-amalan
kalian Aku catat untuk kalian lalu Aku memberi balasan atasnya, maka
barang siapa yang mendapatkan kebaikan maka hendaknya ia memuji Allah,
dan barang siapa yang mendapati selainnya maka janganlah ia mencela
kecuali dirinya sendiri" (HR Muslim dari sahabat Abu Dzar)
Penunaian hak-hak yang wajib oleh seorang hamba, maka penghujungnya
manfaatnya akan kembali kepada sang hamba itu sendiri dengan meraih
pahala di dunia dan akhirat, sebagaimana firman Allah :
فَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلا كُفْرَانَ لِسَعْيِهِ وَإِنَّا لَهُ كَاتِبُونَ (٩٤)
Maka
barang siapa yang mengerjakan amal saleh, sedang ia beriman, Maka tidak
ada pengingkaran terhadap amalannya itu dan Sesungguhnya Kami
menuliskan amalannya itu untuknya. (QS Al-Anbiyaa' : 94)
Allah berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ إِنَّا لا نُضِيعُ أَجْرَ مَنْ أَحْسَنَ عَمَلا (٣٠)
Sesungguhnya
mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan
menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan
yang baik. (QS Al-Kahfi : 30)
Kurang dalam menunaikan
kewajiban, atau melalaikannya, atau meninggalkannya sama sekali
mengakibatkan kemudhorotan dan hukuman yang kembali kepada sang hamba
yang melalaikan hak-hak yang disayari'atkan dalam agama, karena jika ia
melalaikan hak-haknya Robul 'alamin maka ia tidak memberi kemudorotan
kecuali kepada dirinya sendiri, baik di dunia maupun di akhirat. Allah
berfirman :
إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ
Jika
kamu kafir Maka Sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia
tidak meridhoi kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur,
niscaya Dia meridhoi bagimu kesyukuranmu itu (QS Az-Zumar : 7)
Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ (١٥)
Hai
manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah yang
Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. (QS Fathir : 15)
هَا
أَنْتُمْ هَؤُلاءِ تُدْعَوْنَ لِتُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ
فَمِنْكُمْ مَنْ يَبْخَلُ وَمَنْ يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ
نَفْسِهِ وَاللَّهُ الْغَنِيُّ وَأَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ وَإِنْ
تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لا يَكُونُوا
أَمْثَالَكُمْ (٣٨)
Ingatlah, kamu ini orang-orang yang
diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara
kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir Sesungguhnya Dia hanyalah
kikir terhadap dirinya sendiri. dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan
kamulah orang-orang yang membutuhkan (kepada-Nya); dan jika kamu
berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan
mereka tidak akan seperti kamu ini. (QS Muhammad : 38)
وَمَنْ يَكْسِبْ إِثْمًا فَإِنَّمَا يَكْسِبُهُ عَلَى نَفْسِهِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا (١١١)
Barangsiapa
yang mengerjakan dosa, Maka Sesungguhnya ia mengerjakannya untuk
(kemudhoratan) dirinya sendiri. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana. (QS An-Nisaa' : 111)
Hak Allah yang harus dijaga adalah tauhid. Allah telah menjanjikan ganjaran yang besar atasnya. Allah berfirman :
وَأُزْلِفَتِ الْجَنَّةُ لِلْمُتَّقِينَ غَيْرَ بَعِيدٍ (٣١)هَذَا مَا تُوعَدُونَ لِكُلِّ أَوَّابٍ حَفِيظٍ (٣٢)
Dan
didekatkanlah syurga itu kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat
yang tiada jauh (dari mereka). Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu)
kepada Setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara
(semua peraturan-peraturan-Nya) (QS Qoof : 31-32)
Barangsiapa
yang melalaikan tauhid dengan melakukan kesyirikan atau mengambil
perantara selain Allah dan berdoa kepada mereka untuk menghilangkan
kesulitan dan kegentingan serta memenuhi kebutuhan, demikian juga
bertawakkal kepada mereka, maka ia telah merugi , berbuat syirik dan
telah sia-sia amalannya, tidak akan diterima amalannya sama sekali oleh
Allah. Lalu dikatakan kepadanya : "Masuklah ke neraka bersama penghuni
yang lainnya", kecuali jika ia bertaubat dari kesyirikan. Dalam hadits :
يجاء بالكافر يوم القيامة فيقال له أرأيت لو كان لك ملء الأرض ذهبا أكنت تفتدي به فيقول نعم فيقال له قد كنت سئلت ما هو أيسر من ذلك
"Dikatakan
kepada seseorang dari penghuni neraka, "Jika engkau memiliki seluruh
yang ada di bumi, maka apakah engkau akan menebus dirimu dengannya untuk
keluar dari neraka?". Ia berkata, "Iya", maka dikatakan kepadanya,
"Sungguh engkau telah diperintahkan dengan yang lebih ringan dari ini,
yaitu janganlah sekali-kali engkau menyekutukan Allah dengan sesuatupun" (HR Al-Bukhari)
Jika seorang hamba melalaikan dan meninggalkan
hak-hak makhuk yang
wajib maka ia telah menghalangi dirinya dari pahala di dunia maupun di
akhirat.
Jika ia kurang dalam menunaikan sebagian hak-hak
tersebut maka ia telah menghalangi dirinya dari kebaikan sesuai dengan
kadar kurangnya dia dalam menunaikan hak-hak makhluk.
Dan
kehidupan terus berjalan, dalam kemudahan dan kesulitan, memperoleh
haknya ataupun terhalangi dari haknya, kehidupan tetaplah berjalan
meskipun hak-hak seorang hamba tidak terpenuhi. Nanti di sisi Allah
orang-orang yang bersengketa akan berkumpul, maka Allah akan memberikan
orang yang terzolimi haknya dari orang yang menzoliminya dan melalaikan
haknya.
Dari Abu Huroiroh –semoga Allah meridoinya- dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau berkata :
لتؤدن الحقوق إلى أهلها يوم القيامة حتى يقاد للشاة الجلحاء من الشاة القرناء
"Hak-hak
akan ditunaikan kepada pemiliknya, sampai kambaing yang tidak bertanduk
akan diberikan qisosnya dari kambing yang bertanduk" (HR Muslim).
Dan hak yang paling agung setelah hak Allah adalah hak kedua orang tua.
Karena agungnya hak keduanya maka Allah menggandengkan hakNya dengan
hak keduanya, sebagaimana firman Allah :
وَقَضَى
رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا
تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا
(٢٣)وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ
ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا (٢٤)
dan
Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika
salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur
lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.
dan rendahkanlah
dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah:
"Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku waktu kecil". (QS Al-Isroo' : 23-24)
وَوَصَّيْنَا
الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ
وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ
الْمَصِيرُ (١٤)
Dan Kami perintahkan kepada manusia
(berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya
dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu. (QS Luqman : 14)
Allah mengagungkan
hak kedua orang tua, karena Allah menciptakan engkau dengan sebab mereka
berdua. Di masa mengandung seorang ibu mendapati kesulitan yang sangat
berat, dan tatkala melahirkan bertarung dengan kematian. Allah berfirman
:
وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا
Kami
perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu
bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya
dengan susah payah (pula). (QS Al-Ahqoof : 15)
Adapun
ayah
maka ia telah bekerja keras mencari rizki, mendidik dan merawat sang
anak, keduanya menghadapi kesulitan dan rela untuk tidak tidur bergadang
agar sang anak bisa tidur…, mereka berdua letih agar sang anak bisa
beristirahat…, keduanya menyulitkan diri mereka agar memudahkan sang
anak…, keduanya bersabar membersihkan kotoran sang anak agar sang anak
bisa bahagia, keduanya mendidik sang anak agar sang anak menjadi
sempurna dan baik, keduanya ingin agar sang anak lebih baik daripada
mereka berdua.
Maka wahai sang anak, janganlah engkau heran jika banyak sekali wasiat Allah agar engkau berbakti kepadanya…
Janganlah engkau heran jika banyak sekali ancaman bagi anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya.
Seorang
anak –bagaiamanapun ia berusaha dan berkorban- maka ia tidak akan mampu
mencapai kesempurnaan dalam berbakti kepada kedua orang tuanya, kecuali
dalam satu kondisi.
Dari Abu Huroiroh –semoga Allah meridhoinya- dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau berkata :
لا يجزى ولد والده إلا أن يجده مملوكا فيشتريه فيعتقه
"Seorang
anak tidak akan bisa membalas jasa orang tuanya kecuali jika ia
mendapati orang tuanya dalam kondisi seorang budak, lalu ia beli budak
tersebut dan membebaskannya" (HR Muslim, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi)
Kedua orang tua adalah dua pintu dari pintu-pintu surga, barangsiapa
yang berbakti kepada keduanya maka ia masuk surga. Dari Abu Huroiroh
–semoga Allah meridhoinya- dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bahwasanya beliau bersabda :
رغم أنف ثم رغم أنف ثم رغم أنف قيل من يا رسول الله قال من أدرك أبويه عند الكبر أحدهما أو كليهما فلم يدخل الجنة
"Celaka,
celaka, dan celaka". Dikatakan kepada Nabi, "Wahai Rasulullah, siapakah
yang celaka?". Nabi berkata, "Siapa yang menemui kedua orang tuanya di
masa tua, salah satunya atau keduanya, lalu ia tidak masuk surga" (HR Muslim)
Kaum Muslimin sekalian, jika kedua orang tuamu ridho kepadamu maka
Allah akan ridho kepadamu. Dari Abdullah bin Umar –semoga Allah
meridhoinya- dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau berkata:
"Keridhoan
Allah berada di keridhoan orang tua, dan kemurkaan Allah berada di
kemurkaan orang tua" (HR At-Tirmidzi, Al-Haakim dalam Al-Mustadrok, dan
ia berkata : Hadits Shahih)
Berbakti kepada kedua orang
tua yaitu taatk kepada keduanya pada selain kemaksiatan, menjalankan
perintah dan washiat keduanya, lembut kepada mereka, memberikan
kesenangan kepada mereka, memberikan kepada mereka nafkah yang banyak,
mengorbankan harta untuk mereka, sayang dan kasih kepada mereka, ikut
bersedih jika mereka bersedih, menyambung silaturahmi dengan kerabat
mereka, berbuat baik kepada sahabat dekat mereka, tidak menyakiti
mereka, ingin agar mereka panjang umur, perbanyak istighfar untuk mereka
berdua tatkala masih hidup atau setelah meninggal dunia.
Adapun durhaka adalah lawan dari ini semua. Dan banyaknya sikap durhaka merupakan tanda-tanda hari kiamat. Dalam hadits :
"Diantara
tanda-tanda hari kiamat adalah terhalangnya hujan, anak-anak suka
marah-marah, banyaknya orang-orang yang buruk…" (Hadits Dho'if)
Diantara bentuk durhaka yang besar adalah menitipkan kedua orang tua
atau salah satunya dip anti jompo, mengeluarkan keduanya dari perhatian
dan perawatan sang anak –wal'iyaadzu billah-. Ini bukanlah termasuk
akhlak Islam apalagi akhlak yang mulia. Diantara durhaka yang besar
adalah sombong dihadapan kedua orang tua, apalagi memukul keduanya,
menghina mereka, mencaci mereka. Sungguh merugi anak yang demikian. Dari
Abu Huroiroh radhiallahu 'anhu ia berkata, "Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda :
إن الجنة يوجد ريحها من مسيرة خمسمائة عام ولا يجد ريحها عاق ولا قاطع رحم
"Sesungguhnya wangi surga tercium dari jarak 500 tahun, dan anak yang durhaka tidak akan mencium wangi surga" (Hadits dinilai dho'if oleh Al-'Irooqi)
Allah berfirman :
وَاعْبُدُوا
اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي
الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ
السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ مَنْ
كَانَ مُخْتَالا فَخُورًا (٣٦)
Sembahlah Allah dan
janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan
teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri (QS An-Nisaa : 36)
Khutbah Kedua
Segala puji adalah untuk Robbul 'Aalamiin, aku bersaksi bahwasanya
tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu
bagiNya, milikNya lah kekuatan yang sangat kokoh. Aku bersaksi
bahwasanya Nabi kita dan pemimpin kita Muhammad adalah hamba dan
utusanNya, yang jujur lagi terpercaya, Ya Allah curahkanlah sholawat,
salam, dan berkah kepada hambaMu dan utusanMu Muhammad, dan keluarganya
serta para sahabatnya seluruhnya.
Amma ba'du,
Bertakwalah kalian dengan sebenar-benar takwa dan berpeganglah dengan
tali Islam yang kuat. Wahai hamba-hamba Allah, sesungguhnya menunaikan
hak kedua orang tua, selain akan mendapatkan ganjaran yang sangat besar
dan keberkahan, ia juga merupakan akhlak yang mulia, perangai yang indah
yang dilakukan oleh orang yang hatinya baik, aslinya mulia, dan
akhlaknya suci. Dan balasan bagi kebaikan adalah kebaikan pula, dan
kebaikan hendaknya dijaga dan ditunaikan. Keindahan dibalas dengan
keindahan, tidak ada yang melupakan kebaikan dan kebaikan kecuali yang
bejat akhlaknya, jatuh harga dirinya, dan busuk isi hatinya. Allah
berfirman :
وَلا تَنْسَوُا الْفَضْلَ بَيْنَكُمْ إِنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (٢٣٧)
Dan janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha melihat segala apa yang kamu kerjakan. (QS Al-Baqoroh : 237)
Allah berfirman tentang perkataan Nabi Isa 'alaihis salaam :
وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا (٣٢)
Dan aku berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. (QS Maryam : 32)
Tentang Nabi Yahya 'alaihis salaam
وَبَرًّا بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّارًا عَصِيًّا (١٤)
Dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka. (QS Maryam : 14)
Allah berfirman tentang anak yang celaka :
وَالَّذِي
قَالَ لِوَالِدَيْهِ أُفٍّ لَكُمَا أَتَعِدَانِنِي أَنْ أُخْرَجَ وَقَدْ
خَلَتِ الْقُرُونُ مِنْ قَبْلِي وَهُمَا يَسْتَغِيثَانِ اللَّهَ وَيْلَكَ
آمِنْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَيَقُولُ مَا هَذَا إِلا أَسَاطِيرُ
الأوَّلِينَ (١٧)
Dan orang yang berkata kepada dua
orang ibu bapaknya: "Cis bagi kamu keduanya, Apakah kamu keduanya
memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, Padahal sungguh
telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu
memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan: "Celaka kamu,
berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar". lalu Dia berkata:
"Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka". (QS Al-Ahqoof : 17)
Dari Abu Huroiroh –semoga Allah meridhoinya- ada seseorang datang menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu bertanya :
"Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berhak untuk aku bersikap baik?, Nabi berkata,
أُمَّكَ ثُمَّ أُمَّكَ ثُمَّ أَبَاكَ ثُمَّ أَدْنَاكَ أَدْنَاكَ
"Ibumu lalu ibumu lalu ayahmu, lalu yang kerabat terdekat dan terdekat"
Penerjemah:
Abu Abdil Muhsin Firanda