http://tasdiqulquran.or.id/teladan/nasihat-urwah-kepada-anaknya/
Nasihat Urwah kepada Anaknya
“… Tuntutlah ilmu dan curahkan seluruh tenagamu untuknya. Karena, kalau hari ini kalian adalah kaum yang kerdil, kelak dengan ilmu itu Allah menjadikan kalian sebagai pembesar kaum.”
Urwah bin Zubair namanya. Dia lahir satu tahun sebelum berakhirnya masa kekhalifahan Umar Al-Faruq. Ayahnya bernama Zubair bin Awwam, satu di antara sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga. Adapun ibunya bernama Asma’ binti Abu Bakar Ash-Shidiq. Kakek beliau dari jalur ibu adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, sang khalifah Rasulullah saw. Nenek dari jalur ayahnya adalah Shafiyah binti Abdul Muthalib yang juga bibi Rasulullah saw. Adapun bibinya adalah Ummul Mukminin ‘Aisyah ra.
Selagi muda, Urwah dikenal amat gigih dalam mencari ilmu. Hari-harinya diisi dengan mendatangi dan menimba ilmu dari para sahabat yang masih hidup. Beliau mendatangi rumah-rumah mereka, shalat di belakang mereka, menghadiri majelis-majelis mereka. Maka, Allah Ta’ala pun menakdirkannya menjadi seorang ulama besar generasi tabi’in.
***
Urwah bin Zubair adalah menara hidayah bagi kaum muslimin. Di antara perhatian terbesarnya adalah mendidik anak-anaknya dan generasi Islam agar layak menjadi pewaris surga. Tidak bosan-bosannya dia memberi motivasi kepada kepada mereka untuk bersungguh-sungguh menuntut ilmu.
Dia berkata, “Wahai putra-putriku, tuntutlah ilmu dan curahkan seluruh tenagamu untuknya. Karena, kalau hari ini kalian adalah kaum yang kerdil, kelak dengan ilmu itu Allah menjadikan kalian sebagai pembesar kaum.” Lalu beliau melanjutkan, “Sungguh menyedihkan, adakah di dunia ini yang lebih buruk daripada seorang tua yang bodoh?”
Urwan pun menganjurkan mereka agar banyak bersedekah. Sebab, sedekah adalah “hadiah” seorang hamba kepada Rabbnya. “Wahai anak-anakku, janganlah kalian menghadiakan kepada Allah dengan apa yang kalian merasa malu menghadiakannya kepada para pemimpin kalian, sebab Allah Mahamulia, Maha Pemurah dan lebih berhak didahulukan dan diutamakan.”
Tidak lupa pula, Urwah mewasiatkan agar berlemah lembut, bertutur kata yang baik dan berwajah ramah. “Wahai putra-putriku, tertulis di dalam hikmah, ‘Jadikanlah tutur katamu indah dan wajahmu penuh senyum, sebab hal itu lebih disukai orang daripada suatu pemberian’.”
Jika melihat seseorang condong pada kemewahan, Urwah akan mengingatkannya kepada Nabi saw. yang menjalani hidup dengan sederhana.
Muhammad bin Al-Munkadir berkisah, “Aku bertemu dengan Urwah bin Zubair. Dia menggandeng tanganku dan berkata, ‘Aku pernah menjumpai ibuku ‘Aisyah ra. lalu beliau berkata, “Wahai anakku, demi Allah, adakalanya selama 40 hari tak ada api di rumah Rasulullah saw. untuk api ataupun masak.” Maka aku bertanya, “Bagaimana engkau berdua hidup pada masa itu?” Beliau menjawab, “Dengan korma dan air.”
Sosok mulia ini hidup sampai usia 71 tahun dalam gelimang kebajikan dan ketakwaan. Ketika dirasa ajal telah dekat dan dia dalam keadaan shaum, keluarganya mendesaknya untuk berbuka. Namun, Urwah bin Zubair menolak. Mengapa? Sebab, dia ingin berbuka di sisi Allah dengan minuman dari telaga Al-Kautsar. ***